Senin, 23 September 2013

Ubah Paradigma (Tentang Soft Skill) Bag 2

Ubah Paradigma (Tentang Soft Skill) Bag 2
Selamat! Ketika yang pertama melihat suatu persoalan sebagai ancaman, maka Anda melihatnya sebagai peluang. Ketika yang pertama hanya fokus pada persoalan, justru Anda fokus pada pemecahan masalah. Anda akan sukses dan bahagia dimana saja dan kapan saja. Kedua paradigma di atas akan mempengaruhi seluruh bidang kehidupan kita mulai dari Kesehatan, Kompetensi diri, Spiritual, Keluarga, Karir, Sosial, Keuangan dan Kesenangan. Karena alasan itulah, maka jika Anda ada di golongan yang pertama, belum terlambat untuk melakukan perubahan. Mutlak diperlukan kesadaran diri untuk merubah paradigma lama kita. Perubahan paradigma adalah proses merubah pola pikir, kebiasaan, cara-cara lama, menuju pola pikir, kebiasaan, dan cara-cara baru yang lebih baik dan lebih efektif dan efesien untuk meraih cita-cita kita. Kita tak akan pernah bisa merubah kebiasaan kecuali kita mau MENCOBA untuk merubahnya. Kitapun tak pernah bisa merubah kebiasaan dengan cara yang sama, kecuali dengan cara yang berbeda. Daripada seribu kali memotong ranting, dahan, dan batang, lebih baik satu kali saja memotong akar. Sekarang Anda sudah memahami pentingnya merubah paradigma. Lantas adakah tip & trik-nya agar bisa dengan cepat mengubah paradigma ? Ada dan ini pula yang sekaligus akan membangkitkan daya kreatifitas kita semua. 

  • Lihatlah apa yang tidak dilihat orang lain. Ini menunjukan variasi yang kaya dengan sudut pandang dengan menjelaskan masalah melalui banyak cara yang berbeda. Kaidah ini menjelaskan dua strategi, yaitu : 
  1. Tahu bagaimana cara melihat. Orang yang kreatif adalah orang yang tidak mendekati permasalahan secara reproduktif, yakni cukup hanya berdasarkan pada masalah-masalah serupa yang dihadapi pada masa lalu. Menginterpretasi masalah melalui pengalaman masa lalu akan menyesatkan pemikiran. Untuk memecahkan suatu masalah secara kreatif, Anda harus melakukan pendekatan awal yang berasal dari pengalaman masa lalu tersebut dan mengkonsepkan kembali masalah itu dengan cara yang lain. Karena “Pemikiran yang pernah membawa keberhasilan di masa lalu tidak akan membawa keberhasilan di masa datang” (Ken Blancard). (ilustrasi gambar persepsi/ambigu)
  2. Membuat pikiran Anda kelihatan. Dikembangkannya keterampilan visual dan spasial memberikan fleksibilitas untuk menampilkan informasi dengan menggunakan cara-cara yang berbeda. Beberapa yang bisa digunakan seperti diagram, peta, dan gambar. (ilustrasi gambar mind mapping) 
  • Memikirkan yang tidak dipikirkan orang lain. 
  1. Berpikir lancar. Orang kreatif selalu produktif. Thomas Edison memegang rekor dengan 1093 hak paten. Ia memastikan produkifitas dengan menggabungkan idenya dengan ide asistennya. Kuota pribadi miliknya adalah satu penemuan kecil setiap sepuluh hari dan satu penemuan utama setiap 6 bulan. Einstein dikenal sebagai penemu teori relativitas, tetapi ia menerbitkan 248 dokumen lainnya. 
  2. Membuat kombinasi-kombinasi asli. Seperti anak yang sangat cerdas dengan seember lego, orang kreatif secara konstan mengkombinasikan ide, gambaran, dan pikiran ke dalam kombinasi-kombinasi berbeda di dalam pikiran sadar dan bawah sadar. “E = mc2”-nya Einstein tidak menemukan konsep energi, massa, atau kecepetan cahaya. Melainkan, dengan mengkombinasikan konsep-konsep ini ke dalam suatu cara orisinal, ia bisa melihat dunia yang sama seperti semua orang lain dan melihat sesuatu yang berbeda yang tidak dilihat orang lain.
  3. Menghubungkan yang terlepas satu sama lain. Bagaimana caranya ? Dipaksakan. Seperti Leonardo da Vinci yang memaksakan suatu hubungan antara bunyi sebuah bel dan batu yang mengenai air. Hal ini memungkinkan dirinya untuk membuat hubungan yang menggambarkan jalannya ombak. Atau seperti E. A. Kekule yang menemukan bentuk molekul benzene yang menyerupai cincin dengan memaksakan suatu hubungan dengan mimpi tentang ular yang berekor tajam.
  4. Melihat sisi lain. Orang kreatif bisa memikirkan pikiran-pikiran yang berbeda karena mereka menoleransi dua sifat yang bertentangan antara subjek-subjek yang bertentangan atau berlawanan. Mengaduk hal-hal yang berlawanan menciptakan kondisi-kondisi untuk suatu sudut pandang baru. Kemampuan Buhr untuk membayangkan cahaya baik sebagai sebuah partikel maupun sebuah gelombang mendorong konsepsinya tentang prinsip komplementer.
  5. Melihat dunia lain. Aristotle percaya bahwa individu yang mempunyai kapasitas untuk merasakan kemiripan antara dua hal yang berbeda adalah individu yang memiliki kemampuan khusus. Alexander Graham Bell mengamati perbandingan antara kerja telinga dan gerakan selaput membrane untuk menggerakan baja dan menghasilkan telefon.
  6. Menemukan apa yang tidak Anda cari. Ketika Anda mencoba sesuatu dan gagal, pada akhirnya kita akan mengerjakan yang lain. Inilah prinsip terjadinya kebetulan kreatif. Alexander Fleming bukanlah dokter yang pertama mengamati cetakan yang membentuk suatu kultur terbuka ketika sedang mempelajari bakteri mematikan. Dokter yang lain tidak menghiraukan peristiwa ini karena tampak tidak relevan, tetapi Fleming mencatatnya sebagai sesuatu yang menarik dan menduga-duga bahwa hal tersebut mempunyai potensi. Pengamatan ini akhirnya menghasilkan penisilin, yang telah menyelamatkan jutaan manusia.
  7. Membangkitkan semangat kolaboratif. Kecerdasan kolektif lebih besar dibandingkan kecerdasan individu. Ini merupakan praktik yang dipahami dan diterima secara umum. Tantangan saat ini adalah, bagaimana menciptakan atmosfer tersebut yang memungkinkan pikiran bertumbuh melalui kerja sama yang terbuka dan jujur.

Penulis : Saeful Zaman 
Penerbit : Media Perubahan 
Pemesanan : (022)7273677 – 08562108952 - 089646889963